Beranda | Artikel
Tafsir Al-Fatihah (6)
Senin, 3 September 2012

Dalam bagian ini, akan diterangkan mengenai:

  • Nama-nama surat al-Fatihah
  • Waktu turunnya surat al-Fatihah
  • Jumlah ayat dalam surat al-Fatihah
  • Apakah basmalah termasuk al-Fatihah?
  • Membaca basmalah dengan lirih

[1] Nama-Nama Surat al-Fatihah

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan nama-nama yang dipakai para ulama untuk menyebut surat yang agung ini:

  • al-Fatihah (pembuka); maksudnya adalah pembuka al-Kitab
  • Ummul Kitab (induk al-Kitab)
  • Ummul Qur’an (induk al-Qur’an)
  • al-Hamdu (pujian)
  • ash-Sholah (pilar dalam sholat)
  • ar-Ruqyah (bacaan untuk mengobati)
  • Asas al-Qur’an
  • al-Waqiyah (penjaga)
  • al-Kafiyah (yang mencukupi) (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [1/101] cet. Dar Thaibah)

[2] Waktu Turunnya Surat al-Fatihah

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, bahwa surat al-Fatihah diturunkan di Mekah sebelum hijrah. Inilah yang dipegang oleh Ibnu ‘Abbas, Qatadah, dan Abul ‘Aliyah. Sebagian ulama lain, semacam Abu Hurairah, Mujahid, Atho’ bin Yasar, dan az-Zuhri, berpendapat bahwa al-Fatihah turun di Madinah. Ada pula yang berpendapat bahwa ia turun dua kali, sekali di Mekah dan sekali di Madinah. Namun, pendapat yang tepat adalah surat ini diturunkan di Mekah. Sebagaimana firman Allah ta’ala (yang artinya), “Sungguh telah Kami berikan kepadamu tujuh ayat yang diulang-ulang.” (QS. Al-Hijr: 87). Karena surat al-Hijr ini turun di Mekah dengan kesepakatan para ulama (lihat Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [1/101] cet. Dar Thaibah dan Tafsir al-Qurthubi [1/177])

[3] Jumlah Ayat Dalam Surat al-Fatihah

Imam al-Qurthubi rahimahullah menerangkan, bahwa umat Islam telah sepakat bahwasanya surat al-Fatihah ini terdiri dari tujuh ayat. Demikian pula yang dikatakan oleh Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya (lihat al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an [1/176] dan Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim [1/101])

[4] Apakah Basmalah Termasuk Dalam al-Fatihah?

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah ta’ala berfirman, “Aku telah membagi sholat -surat al-Fatihah- antara diri-Ku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang dia minta.” Apabila hamba itu membaca alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, maka Allah ta’ala berfirman, “Hamba-Ku telah memuji-Ku.” Apabila dia membaca ar-Rahmanir Rahim, maka Allah ta’ala berfirman, “Hamba-Ku telah menyanjung diri-Ku.” Apabila dia membaca maaliki yaumid din, maka Allah ta’ala berfirman, “Hamba-Ku telah mengagungkan diri-Ku.” Apabila dia membaca iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, maka Allah berfirman, “Inilah bagian untuk-Ku dan sebagian lagi untuk hamba-Ku. Dan hamba-Ku pasti akan mendapatkan apa yang dia minta.” Apabila dia membaca ihdinash shirathal mustaqim shirathalladzina an’amta ‘alaihim ghairil maghdhubi ‘alaihim wal ladh dhaalliin, maka Allah berfirman, “Inilah bagian hamba-Ku, dan hamba-Ku pasti akan mendapatkan apa yang dia minta.” (HR. Muslim no. 395)

Syaikh Abdullah al-Bassam berkata, “Ini adalah dalil yang sahih dan sangat jelas yang menunjukkan bahwasanya basmalah bukan termasuk al-Fatihah, oleh sebab itu ia tidak disebutkan. Pendapat inilah yang lebih kuat dan benar, wallahu a’lam.” (lihat Taudhih al-Ahkam [1/671]). Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata, “Hadits ini merupakan riwayat paling jelas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan bahwa bismillahirrahmaanirrahiim bukan termasuk ayat dalam surat al-Fatihah, sehingga ia mejadi pemutus bagi masalah yang diperselisihkan.” (lihat al-Istidzkar [4/202])

Syaikh Shalih al-Fauzan berkata, “Surat al-Fatihah ada tujuh ayat. Tiga setengah ayat untuk Allah; yaitu berisi sanjungan kepada Allah. Adapun tiga setengah ayat berikutnya untuk hamba; yaitu dimulai dari firman-Nya ‘wa iyyaka nasta’in’ hingga akhir surat.” (lihat Syarh Ba’dhu Fawa’id Surah al-Fatihah, hal. 6 cet. Dar al-Imam Ahmad)

Meskipun demikian, sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa basmalah termasuk al-Fatihah. Imam Ibnu Khuzaimah di dalam kitab Shahihnya membuat bab dengan judul, “Bab. Penyebutan Dalil Yang Menunjukkan Bahwa Bismillahirrahmanirrahim Adalah Ayat Dari Fatihatul Kitab (Surat al-Fatihah).” Kemudian beliau menyebutkan hadits dari Ummu Salamah radhiyallahu’anha. Beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sholat membaca bismillahirrahmanirrahim. Beliau menganggapya satu ayat. alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, dua ayat. Adapun Iyyaka nasta’in maka beliau -Ummu Salamah- mengumpulkan kelima jarinya -maksudnya ayat kelima, pent- (HR. Ibnu Khuzaimah no. 493)

Imam Ahmad bin Hanbal, Ibnu Rahawaih, Abu Tsaur, dan Abu ‘Ubaid juga berpendapat bahwa basmalah termasuk ayat dalam surat al-Fatihah. Ishaq bin Manshur berkata: Aku pernah bertanya kepada Ishaq bin Rahawaih, “Apabila seseorang melakukan beberapa kali sholat dengan tidak membaca bismillahirrahmaanirrahiim beserta alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, bagaimana?”. Beliau menjawab, “Dia harus mengulang semua sholat tersebut.” (lihat al-Istidzkar [4/206])

[5] Melirihkan Bacaan Basmalah

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, beliau berkata, “Aku sholat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, ‘Umar, dan ‘Utsman. Aku tidak pernah mendengar seorang pun diantara mereka membaca bismillahirrahmaanirrahiim.” (HR. Bukhari no. 743 dan Muslim no. 399, lafal Muslim). Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa Anas bin Malik radhiyallahu’anhu berkata, “Aku telah sholat di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, ‘Umar, dan ‘Utsman. Tidaklah aku mendengar seorang pun diantara mereka yang mengeraskan bacaan bismillahirrahmaanirrahiim.” (HR. an-Nasa’i no. 907, ad-Daruquthni no. 1199, Ibnu Khuzaimah no. 495, sanadnya disahihkan Syaikh al-Albani, dan haditsnya disahihkan pula oleh Syaikh Syu’aib al-Arna’uth dkk. lihat Sunan ad-Daruquthni [2/91] cet. ar-Risalah)

Imam at-Tirmidzi berkata, “Inilah yang diamalkan oleh mayoritas ulama dari kalangan para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, dan yang lainnya. Dan juga diamalkan olah para tabi’in sesudah mereka. Inilah yang dianut oleh Sufyan ats-Tsauri, Ibnul Mubarak, Ahmad, dan Ishaq. Mereka berpendapat bahwa tidak perlu mengeraskan bacaan bismillahirrahmaanirrahim. Mereka berkata; hendaknya dia membacanya dalam dirinya sendiri.” (lihat Sunan at-Tirmidzi, hal. 70 cet. Maktabah al-Ma’arif)

Di dalam al-Istidzkar [4/212] Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah menyebutkan riwayat bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu tidak mengeraskan bacaan bismillahirrahmaanirrahiim akan tetapi beliau mengeraskan bacaan alhamdulillahi Rabbil ‘alamin (HR. Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf no. 2601). Dari Ikrimah, Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma berkata, “Mengeraskan bacaan bismillahirrahmaanirrahim adalah bacaan orang arab badui.” (HR. Abdurazzaq dalam al-Mushannaf no. 2605)

Abu ath-Thayyib berkata, “Adapun mengeraskan bacaan basmalah memang diriwayatkan bahwa hal itu dilakukan oleh sekelompok kaum salaf. Dalam Syarh Tirmidzi, Ibnu Sayyidin Nas telah menyebutkan deretan nama-nama mereka dan nama-nama ulama lain yang berpendapat melirihkan bacaannya. Pendapat yang benar adalah hadits-hadits yang menunjukkan melirihkan bacaan sangat kuat dari segi sanad. Maka pendapat terpilih adalah melirihkan bacaan, meskipun mengeraskannya juga diperbolehkan…” (lihat Sunan ad-Daruquthni beserta at-Ta’liq al-Mughni ‘ala ad-Daruquthni [2/91] cet. Mu’assasah ar-Risalah)

Syaikh al-Utsaimin menjelaskan bahwa pendapat yang terkuat adalah tidak mengeraskan basmalah. Sehingga yang lebih sesuai tuntunan adalah membacanya dengan lirih; sebab ia bukanlah termasuk al-Fatihah. Kemudian, apabila seorang kadang-kadang mengeraskannya maka hal itu tidaklah mengapa menurut pendapat sebagian ulama. Walaupun sebenarnya yang secara tegas terbukti berdasarkan riwayat adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengeraskannya. Inilah yang lebih utama untuk diikuti. Akan tetapi, seandainya ada orang yang mengeraskannya dalam rangka menjaga persatuan bersama suatu kaum yang bermadzhab mengeraskannya, mudah-mudahan hal itu tidak mengapa (lihat Fatawa Arkan al-Islam, hal. 316-317, lihat juga keterangan yang indah dari Imam az-Zaila’i dalam Nashbu ar-Rayah [1/328] cet. Mu’assasah ar-Rayyan)

Kesimpulan:

  1. Surat al-Fatihah memiliki banyak nama, dan hal ini menunjukkan keagungan surat ini. Sebagaimana hari kiamat memiliki banyak nama, yang menunjukkan betapa agung dan besarnya peristiwa di hari kiamat nanti.
  2. al-Fatihah termasuk surat Makiyah; yaitu surat yang diturunkan di Mekah sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah. Dan sebagaimana mayoritas ayat-ayat Makiyah, surat al-Fatihah berisi penekanan tentang tauhid dan hari kebangkitan
  3. al-Fatihah terdiri dari tujuh ayat dengan kesepakatan para ulama. Hanya saja para ulama berbeda pendapat apakah basmalah termasuk surat al-Fatihah atau bukan. Pendapat yang lebih dikuatkan oleh Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah dan para ulama yang lain bahwasanya basmalah bukan termasuk bagian dari surat al-Fatihah
  4. Meskipun bukan termasuk bagian surat al-Fatihah, akan tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita untuk membaca basmalah sebelum membaca surat al-Fatihah dengan lirih sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits sahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan apa yang dipraktekkan oleh para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum ajma’in. Allahu a’lam


Artikel asli: http://abumushlih.com/tafsir-al-fatihah-6.html/